Hari ini
tanggal tujuh belas april dua ribu tiga belas
adalah hari yang sangat istimewa.
Ingin tahu mengapa? Yap… itu karena untuk pertama kalinya saya masuk ke kantor PDAM Tirta Moedal dan berurusan dengan yang namanya alur-alur aturan di kantor.
Jadi begini, saya ingin sekali memotret bagaimana proses-proses atau tahapan-tahapan air PDAM yang awalnya dari air sungai menjadi dapat dikonsumsi masyarakat, saya ingin tahu bagaimana suasana di dalam laboratorim air, ingin memotret bapak-bapak yang sedang bekerja mengontrol air produksi dan sebagainya. Saya dan sahabat terbaik saya yang sudah saya anggap saudara saya sendiri,Muhammad Kharis Sibyan ingin mencoba masuk kesana, namun ternyata, kami harus melewati tahapan-tahapan sebelum masuk ke lokasi yang kami inginkan.
Pertama-tama,
saya mendatangi satpam di laboratorium air, namun kata pak satpam, saya harus
meminta izin terlebih dulu di kantor PDAM,meminta surat izin memotret di
kawasan itu.
Kemudian
saya datanglah ke kantor PDAM, namun karena belum mengerti saya harus kemana,
bertemu siapa, dan bagaimana prosedurnya, maka lagi-lagi saya menemui pak
satpam di kantor tersebut. Saya disambut dengan sangat ramah oleh satpam di
kantor tersebut.
“Selamat
siang bapak… (berjabat tangan)”
“selamat siang mbak. Ada apa ya ?”
“begini bapak, saya ingin mengambil gambar di kawasan sekitar laboratorium air dan di kawasan produksi air juga tendon air , pak. Saya harus bagaimana ya pak ?”
“Oh begini saja mbak, sebentar saya telponkan bidang informasi, nanti mbak ngomong langsung saja ya”
“baiklah pak”
tet tet tet
“selamat siang mbak. Ada apa ya ?”
“begini bapak, saya ingin mengambil gambar di kawasan sekitar laboratorium air dan di kawasan produksi air juga tendon air , pak. Saya harus bagaimana ya pak ?”
“Oh begini saja mbak, sebentar saya telponkan bidang informasi, nanti mbak ngomong langsung saja ya”
“baiklah pak”
tet tet tet
“Halo
selamat siang…” terdengar suara pria dari seberang sana
“selamat
siang bapak, saya Izza dari Unnes. Saya ingin mengambil foto di kawasan
laboratorium air, tendon air dan di kawasan produksi air, pak untuk kepentingan
******* yang bertema ***, bagaimana ya pak caranya agar saya bisa mendapatkan
surat izin masuk dan mengambil gambar ?”
“Oh begitu
ya mbak, silahkan datang ke sekretariatan, nanti disitu mbak jelaskan maksud
dan tujuan mbak, nanti dari sekretariatan akan diarahkan menuju humas. Begitu saja
mbak…”
“Baiklah pak, terimakasih banyak ya pak, selamat siang” kata saya sambil menutup telepon.
“Baiklah pak, terimakasih banyak ya pak, selamat siang” kata saya sambil menutup telepon.
“Bagaimana
mbak ?” Tanya pak satpam
“Oh, begini
pak, jadi saya harus ke sekretariatan dulu, nanti setelah itu saya akan
diarahkan ke humas. Jadi, kantor sekretariatnya dimana ya pak?”
“Iya benar begitu mbak… Kantor secretariat itu dari pos ini mbaknya jalan sampai pintu masuk yang di sebelah sana, masuk pintu pertama, kemudian keluar dari pintu kedua, nah ruangnya ada di sebelah kanan mbaknya. Tenang aja, nanti ada tulisannya kok mbak” Jawab pak satpam dengan sangat ramah
“Iya benar begitu mbak… Kantor secretariat itu dari pos ini mbaknya jalan sampai pintu masuk yang di sebelah sana, masuk pintu pertama, kemudian keluar dari pintu kedua, nah ruangnya ada di sebelah kanan mbaknya. Tenang aja, nanti ada tulisannya kok mbak” Jawab pak satpam dengan sangat ramah
“oh jadi
begitu ya pak, baiklah sekarang saya kesana dulu ya pak.. terima kasih banyak
atas bantuan bapak”
“Oh iya mbak, sama-sama”
“mari pak…”
“nggih mbak, monggo”
“Oh iya mbak, sama-sama”
“mari pak…”
“nggih mbak, monggo”
***
Kisah dalam Kirab Pusaka HUT Kota Magelang ke-1107 Tahun
in Artikel, cerita pendek, Fotografi, FRIENDSHIP :), Hiburan, Iseng, by nyakizza.blogspot.com, 16.24
Kisah dalam Kirab Pusaka HUT Kota Magelang ke-1107 Tahun
Sugeng Sonten nggih :)
Kembali lagi bersama saya si Aneuk Inong kelahiran Aceh domisili Kalimantan Tengah menuntut ilmu dan cari pengalaman di Jawa yang cinta Indonesia… #eeaaaa
Saya harap rencang-rencang sedoyo ndak bosan melihat kisah saya yang saya kemas dalam bahasa yang sangat kurang baik dan terkesan norak, yak an ?!
Tapi tidak masalah, toh saya juga baru belajar bagaimana seni menulis, bagaimana bercerita dan bagaimana membuat anda nyaman bersama saya. Saya mempunyai harapan yaitu saya harap anda menyukai cerita-cerita perjalanan saya. Meskipun anda tidak menyukainya,mohon jangan dihina ya, tetapi berikanlah masukan melalui kolom komentar maupun mengirimi saya email di kanjengizza@gmail.com
Kali ini saya ingin melanjutkan cerita saya tadi pagi. Namun, disini ada yang beda loh… Setting cerita kali ini berpindah ke daerah Secang dan Magelang.
Widiiihh… saya sudah banyak mendengar pertanyaan dan pernyataan teman-teman, kurang lebih seperti ini,“Izza kok koe jalan-jalan melulu sih !” “Koe ki keakehan duit po, kok jalan-jalan terus?” dan sebagainya yang kurang lebih seperti itu.Tahukah kalian, saya jalan-jalan dengan biaya seadanya dan seminimal mungkin.Saya di Jogja menginap di tempat bulek atau mbak saya, tetapi lebih sering menginap di kos sahabat saya yang kuliah di UNY, namanya Vivi Rosalia.Jalan-jalan di Jogja itu kalau tidak jalan kaki ya naik Trans Jogja dan nebeng teman. Alhamdulillah teman-teman di Jogja kalau tidak sibuk pasti mengajakku jalan-jalan ke tempat-tempat yang ingin kita tuju.Kalau makan juga burjo atau Kedai 24 sudah cukup bahkan bisa dibilang lebih dari cukup. Paling di jalan butuh minum, jadi uang keluar untuk biaya jajan begitu.
Jadi, jalan-jalannya bisa low-cost kan guys ?!
Baiklah, perjalan saya kemarin dimulai pukul Sembilan kurang dengan garis besar agenda sebagai berikut ;
Sugeng Sonten nggih :)
Kembali lagi bersama saya si Aneuk Inong kelahiran Aceh domisili Kalimantan Tengah menuntut ilmu dan cari pengalaman di Jawa yang cinta Indonesia… #eeaaaa
Saya harap rencang-rencang sedoyo ndak bosan melihat kisah saya yang saya kemas dalam bahasa yang sangat kurang baik dan terkesan norak, yak an ?!
Tapi tidak masalah, toh saya juga baru belajar bagaimana seni menulis, bagaimana bercerita dan bagaimana membuat anda nyaman bersama saya. Saya mempunyai harapan yaitu saya harap anda menyukai cerita-cerita perjalanan saya. Meskipun anda tidak menyukainya,mohon jangan dihina ya, tetapi berikanlah masukan melalui kolom komentar maupun mengirimi saya email di kanjengizza@gmail.comKali ini saya ingin melanjutkan cerita saya tadi pagi. Namun, disini ada yang beda loh… Setting cerita kali ini berpindah ke daerah Secang dan Magelang.
Widiiihh… saya sudah banyak mendengar pertanyaan dan pernyataan teman-teman, kurang lebih seperti ini,“Izza kok koe jalan-jalan melulu sih !” “Koe ki keakehan duit po, kok jalan-jalan terus?” dan sebagainya yang kurang lebih seperti itu.Tahukah kalian, saya jalan-jalan dengan biaya seadanya dan seminimal mungkin.Saya di Jogja menginap di tempat bulek atau mbak saya, tetapi lebih sering menginap di kos sahabat saya yang kuliah di UNY, namanya Vivi Rosalia.Jalan-jalan di Jogja itu kalau tidak jalan kaki ya naik Trans Jogja dan nebeng teman. Alhamdulillah teman-teman di Jogja kalau tidak sibuk pasti mengajakku jalan-jalan ke tempat-tempat yang ingin kita tuju.Kalau makan juga burjo atau Kedai 24 sudah cukup bahkan bisa dibilang lebih dari cukup. Paling di jalan butuh minum, jadi uang keluar untuk biaya jajan begitu.
Jadi, jalan-jalannya bisa low-cost kan guys ?!
Baiklah, perjalan saya kemarin dimulai pukul Sembilan kurang dengan garis besar agenda sebagai berikut ;
Wilujeng Enjang, Sugeng Siang, Sugeng Sonten rencang-rencang sedoyo :)
bagaimana liburan kalian weekend kemarin ? Apakah kalian mengisi liburan itu dengan kegiatan yang posotif dan produktif ?
emmm, semoga saja kalian bahagia yaa rencang-rencang *hehehe
Saya mau berbagi cerita mengenai liburan saya kemarin di Yogyakarta, Secang dan Magelang.
Sepertinya saya tidak pernah bosan-bosannya ke Jogja, entah mengapa.
Bisa jadi karena disanalah sahabat-sahabat saya tinggal untuk kuliah. Mungkin juga saya merasa kesepian di Semarang.
Yasudah, lupakan saja gerutuan saya yang tidak jelas itu.
Lebih baik saya bercerita hal-hal yang menyenangkan saja pada anda.
Saya akan menceritakan kejadian-kejadian yang saya alami sesuai urutan waktu yaa ...
perhatikan baik-baik and enjoy the story, guys !
Pukul 13.10
bagaimana liburan kalian weekend kemarin ? Apakah kalian mengisi liburan itu dengan kegiatan yang posotif dan produktif ?
emmm, semoga saja kalian bahagia yaa rencang-rencang *hehehe
Saya mau berbagi cerita mengenai liburan saya kemarin di Yogyakarta, Secang dan Magelang.
Sepertinya saya tidak pernah bosan-bosannya ke Jogja, entah mengapa.
Bisa jadi karena disanalah sahabat-sahabat saya tinggal untuk kuliah. Mungkin juga saya merasa kesepian di Semarang.
Yasudah, lupakan saja gerutuan saya yang tidak jelas itu.
Lebih baik saya bercerita hal-hal yang menyenangkan saja pada anda.
Saya akan menceritakan kejadian-kejadian yang saya alami sesuai urutan waktu yaa ...
perhatikan baik-baik and enjoy the story, guys !
Sabtu, 13 April 2013
Pukul 12.35
saya baru selesai mandi.
Pukul 12.56
Mengalami kebosanan akut dan kepikiran ingin naik bis. Kemudian menghubungi Vivi untuk numpang menginap dan menghubungi teman-teman yang lain. Ternyata banyak yang mau menjemput saya, namun saya memilih Mia untuk menjemput saya di Terminal Jombor.
Kemudian packing. Memasukkan dua tanktop dan satu kaos, beberapa dalaman, kamera dan lensa tele, minyak kayu putih. Ambil helm daaaaannnnnnn......
Siap berangkat.
Siap berangkat.
Pukul 13.10
Naik angkot hijau jurusan Unnes ke Ungaran. Melihat isi dompet ternyata tinggal tujuh puluh delapan ribu.
Angkot nge-time sampai sepuluh menit (membosankan).
Setelah angkot terisi penuh penumpang, saya meluncur ke Ungaran. Sampai di pasar Ungaran sudah pukul satu lebih empat puluhan menit.
Angkot nge-time sampai sepuluh menit (membosankan).
Setelah angkot terisi penuh penumpang, saya meluncur ke Ungaran. Sampai di pasar Ungaran sudah pukul satu lebih empat puluhan menit.
Pukul 14.00
setelh menunggu kurang lebih lima belas menit di bawah atap pos polisi untuk menghindari hujan, akhirnya bis ekonomi tujuan Semarang - Yogya tiba dan mengangkut saya menuju perjalanan yang menyenangkan.
Di dalam bis saya berdiri berdesakan dengan membawa helm dan tas ransel yang tidak begitu besar dan tidak juga berat.
Di dalam bis saya berdiri berdesakan dengan membawa helm dan tas ransel yang tidak begitu besar dan tidak juga berat.
Saya tidak mendapatkan tempat duduk, dan akhirnya saya berdiri bersama bapak-bapak dan ada juga mbak-mbak yang ikut berdiri.
salah seorang bapak yang duduk di sebelah saya berkata, "nek sampeyan munggah neng Ungaran yo mesti gitu mbak. Sing sabar yo ..." #fyuuhhhh
dalam hati aku menjawab, "nggih kulo sampun ngertos, pak. Kulo sampun saaaabbbbaaaaarrrrrrr" #ahahaha
finally, berdirilah saya dan terguncang selama perjalanan.
Sebenarnya sih ini kaki sudah pegal, tapi aku coba mengalihkan perhatianku pada hal lain. Misalnya saja saat melewati jalan lingkar Ambarawa yang indah, saya sangat menikmatinya. Pemandangan alam di rawa pening yang cantik karena area persawahan sedang segar-segarnya setelah diguyur hujan ...
How exciting !
Sebenarnya sih ini kaki sudah pegal, tapi aku coba mengalihkan perhatianku pada hal lain. Misalnya saja saat melewati jalan lingkar Ambarawa yang indah, saya sangat menikmatinya. Pemandangan alam di rawa pening yang cantik karena area persawahan sedang segar-segarnya setelah diguyur hujan ...
How exciting !
nah, ini nih, saya mau berbagi tips-tips mengenai bagaimana sih cara menikmati perjalanan meskipun berdiri selama berjam-jam ?!
tips petama tadi masih ingat, kan ? yup ! memandang sekeliling, seperti pemandangan di luar jendela bis.
tips petama tadi masih ingat, kan ? yup ! memandang sekeliling, seperti pemandangan di luar jendela bis.
tips kedua supaya tidak merasa kelelahan ketika berdiri sepanjang perjalanan adalah NARSIS ! Narsis dalam kesusahan itu sah-sah saja kok ...
ini contohnya --->
ini contohnya --->
ketiga, bersenandung kecil. Bernyanyi-nyanyi kecil dapat menghibur hati dan me-relax-kan pikiran. So, tidak salah kalau kita bernyanyi dalam keadaan nyelempit seperti itu.
Tapi, jangan nyaring-nyaring ya, kecuali kalu punya suara bagus *upss
Tapi, jangan nyaring-nyaring ya, kecuali kalu punya suara bagus *upss
Sugeng Siang,
Kulo ajeng carios sekedhik dumateng panjenengan sedoyo,
Kemarin siang, saat saya berkunjung di perpustakaan jurusan saya yaitu Sosiologi dan Antropologi, saya duduk di pojok ruangan dekat air conditioner. Ketika saya melihat-lihat kesekeliling tempat saya duduk, saya menemukan sebuah buku dengan sampul berwarna kuning dan bergambar abstrak yang berjudul "Dukun Jawa". Buku tersebut ditulis oleh seorang Doktor yang menggeluti bidang sastra Jawa dan telah banyak berkarya dalam bidang yang sastra, sejarah, buku-buku pelajaran sekolah, fisafat, dan cerita-cerita yang bersangkutan dengan epik yang berkembang luas dalam kehidupan masyarakat Jawa, yang bernama Dr. Purwadi, M. Hum.
Saya amat tertarik dengan isi buku tersebut yang memuat banyak hal mengenai praktik perdukunan di Jawa dan mantra-mantra berbahasa Jawa, juga wejangan-wejangan dukun yang senantiasa menjadi pertimbangan utama orang Jawa di dalam memutuskan suatu perkara yang sangat penting.
Kita sadari maupun tidak, kepercayaan orang Jawa kepada dukun begitu tinggi, karena kualitas kepribadiannya yang sudah putus ing reh saniskara. Dukun biasanya suka laku prihatin, cegah dhahar lawan guling, mengurangi makan dan tidur, sehingga bisa menguasai kasar alusing rasa, unggah ungguhing basa, jugar genturing tapa. Sedapat mungkin dukun akanmenghindari keramaian duniawi. Dukun lantas sedhakep saluku juga, hamepes babahan hawa sanga yang berarti mengheningkan diri demi mencapai kebenaran sejati.
Mistik perdukunan Jawa sudah mengakar di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Baik mereka yang tinggal di perkotaan, pedesaan, atau pegunungan akrab sekali dengan dunia mistik.
Timbulnya ilmu perdukunan disebabkan karena sebagian besar orang Jawa butuh mencari hakikat alam semesta, intisari kehidupan dan hakikat Tuhan.
Sosiolog Selo Soemardjan (1974), berpendapat bahwa orang Jawa pada umumnya cenderung untuk mencari keselarasan dengan lingkungan dan hati nuraninya, yang sering dilakukan dengan cara-cara metafisik. Orang Jawa sering melakukan tapa brata dan tapa lelaku untuk mencapai kesempurnaan hidupnya.
Tapa brata dan tapa lelaku ini sering dilakukan oleh para penganut kebatinan kejawen. Gerakan-gerakan kebatinan yang jumlahnya demikian besar, merupakan suatu kesadaran akan budaya kejawen, dan bahwa "...at least part of the Abangan cultural awekaning has been brough about by the vehement pursuit of organized Islam to push its views and ways of life upon the syncretism nojority of the Javanese population." (Niels Mulder, 1975).
Kulo ajeng carios sekedhik dumateng panjenengan sedoyo,
Kemarin siang, saat saya berkunjung di perpustakaan jurusan saya yaitu Sosiologi dan Antropologi, saya duduk di pojok ruangan dekat air conditioner. Ketika saya melihat-lihat kesekeliling tempat saya duduk, saya menemukan sebuah buku dengan sampul berwarna kuning dan bergambar abstrak yang berjudul "Dukun Jawa". Buku tersebut ditulis oleh seorang Doktor yang menggeluti bidang sastra Jawa dan telah banyak berkarya dalam bidang yang sastra, sejarah, buku-buku pelajaran sekolah, fisafat, dan cerita-cerita yang bersangkutan dengan epik yang berkembang luas dalam kehidupan masyarakat Jawa, yang bernama Dr. Purwadi, M. Hum.
Saya amat tertarik dengan isi buku tersebut yang memuat banyak hal mengenai praktik perdukunan di Jawa dan mantra-mantra berbahasa Jawa, juga wejangan-wejangan dukun yang senantiasa menjadi pertimbangan utama orang Jawa di dalam memutuskan suatu perkara yang sangat penting.
Kita sadari maupun tidak, kepercayaan orang Jawa kepada dukun begitu tinggi, karena kualitas kepribadiannya yang sudah putus ing reh saniskara. Dukun biasanya suka laku prihatin, cegah dhahar lawan guling, mengurangi makan dan tidur, sehingga bisa menguasai kasar alusing rasa, unggah ungguhing basa, jugar genturing tapa. Sedapat mungkin dukun akanmenghindari keramaian duniawi. Dukun lantas sedhakep saluku juga, hamepes babahan hawa sanga yang berarti mengheningkan diri demi mencapai kebenaran sejati.
Mistik perdukunan Jawa sudah mengakar di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Baik mereka yang tinggal di perkotaan, pedesaan, atau pegunungan akrab sekali dengan dunia mistik.
Timbulnya ilmu perdukunan disebabkan karena sebagian besar orang Jawa butuh mencari hakikat alam semesta, intisari kehidupan dan hakikat Tuhan.
Sosiolog Selo Soemardjan (1974), berpendapat bahwa orang Jawa pada umumnya cenderung untuk mencari keselarasan dengan lingkungan dan hati nuraninya, yang sering dilakukan dengan cara-cara metafisik. Orang Jawa sering melakukan tapa brata dan tapa lelaku untuk mencapai kesempurnaan hidupnya.
Tapa brata dan tapa lelaku ini sering dilakukan oleh para penganut kebatinan kejawen. Gerakan-gerakan kebatinan yang jumlahnya demikian besar, merupakan suatu kesadaran akan budaya kejawen, dan bahwa "...at least part of the Abangan cultural awekaning has been brough about by the vehement pursuit of organized Islam to push its views and ways of life upon the syncretism nojority of the Javanese population." (Niels Mulder, 1975).
Sugeng Rawuh kanca-kanca sedoyo ...
Wilujeng enjang ...
Bagaimana malam minggu anda tadi malam ?Saya harap anda bisa menikmatinya dengan kegiatan yang bermakna.
Saya ingin sedikit bercerita tentang kegiatan saya tadi malam.
Hari sabtu tanggal 30 maret 2013 malam, saya melewati malam minggu istimewa ini dengan menonton pagelaran wayang yang diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis Universitas Negeri Semarang yang ke-48, bertempat di pelataran Auditorium Unnes.
Acara yang dimulai pada pukul 08.00 WIB dibuka dengan gendhing yang dibawakan oleh para finalis Sinden Idol dan tim gamelan.
Pagelaran wayang ini juga dimeriahkan dengan penampilan Haji Kirun dan Gareng sebagai pengisi acara dagelan sebelum puncak acara yaitu cerita wayangnya.
Pementasan wayang kulit ini didalangi oleh Ki H. Anom Suroto dan Ki Muhammad Prasetyo Bayu Aji (putera Bapak Ki H. Anom Suroto).
Berhubung saya belum paham bahasa Jawa, jadi saya tidak dapat memahami cerita apa yang dalang sampaikan. Sepertinya ada hubungannya dengan cerita Hanoman (monyet putih) karena sang Dalang beberapa kali mengeluarkan bunyi-bunyian seperti suara monyet... Jika anda tahu lakon apa itu, tolong beritahukan saya ...
Selebihnya saya hanya dapat mengabadikan moment-moment tersebut dalam lensa saya :D
| H. Kirun dan Gareng sebelum dagelan |
Ada sesuatu yang khas yang hanya dapat kita temukan setiap ada pagelaran wayang yaitu pedagang-pedagang yang membuka lapak dan menjual benda-benda unik dan menarik seperti obat-obatan tradisional, menjual wayang-wayang kulit dengan berbagai karakter, pedagang makanan, pedagang alat-alat rumah tangga yang sibuk mempromosikan produknya dengan sangat menarik sehingga dikerubungi pengunjung, ada pula pedagang jasa gurah mata yang dikerubungi massa karena tertarik ingin tahu teknik gurah mata pedagang tersebut, selain itu pedagang jamu yang mempromosikan jamunya dengan menghamparkan berbagai jenis bahan-bahan jamu herbal seperti, telur, pinang untuk "menginang", kayu manis, madu dan macam-macam serbuk yang dikemas dalam botol-botol kaca yang saya belum tahu namanya. Pada sudut lain tempat itu, saya mendapati pedagang yang tak kalah ramai dipadati pengunjung yang sekedar melihat-lihat karena tertarik akan penjelasan dari pedagangnya atau memang ingin membeli barang dagangan tersebut, ialah pedagang buku-buku "kejawen" seperti buku Primbon Jawa, Kisah-kisah Wali Songo, Kisah Syekh Siti Jenar, Obat-obatan Tradisional dan berbagai kisah tentang dunia pewayangan.
Berhubung acara ini sangat ramai dan terbuka untuk umum, maka pengunjung diharapkan selalu waspada terhadap barang bawaannya karena kejahatan bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Minimal, bagi para wanita jika ingin menonton wayang harus ada yang mendampingi...
Sekian dulu cerita saya hari ini, kapan-kapan saya akan berbagi cerita lagi yaaa :)Terimakasih telah berkunjung
Terimakasih telah meluangkan waktu membaca cerita yang dangkal ini ...
Sayonara / Au Revoir
Mungkin ibu lebih kerap menelepon untuk menanyakan keadaan kita setiap hari... Tapi tahukah kita, sebenarnya ayahlah yang mengingatkan ibu untuk menelepon kita?
Semasa kecil, ibu lah yang lebih sering mendukung kita... Tapi tahukah kita bahwa sebalik ayah pulang bekerja dengan wajah yang letih ayahlah selalu menanyakan apa yang kita lakukan seharian
Saat kita sakit (demam), ayah sering membentak "sudah diberitahu! jangan minum yang manis/ dingin!". Tapi tahukah kamu bahwa ayah sangat risau.??
Ketika kita remaja, kita meminta izin untuk keluar malam. Ayah dengan tegas berkata "tidak boleh!", "jangan".. Sadarkah kita bahwa ayah hanya ingin menjaga kita? Karena bagi ayah, kita adalah sesuatu yang sangat berharga.
Saat kita sudah di percayai, ayah pun melonggarkan peraturannya. Maka kita telah melanggar kepercayaannya... Maka ayah lah yang setia menunggu kita di ruang tamu dengan rasa sangat risau..
Setelah kita dewasa, ayah telah mengantar kita ke sekolah untuk belajar...
Di saat kita memerlukan ini-itu, untuk keperluan kuliah kita, ayah hanya mengerutkan dahi tanpa menolak, beliau memenuhinya... Saat kamu berjaya... Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan bertepuk tangan untukmu.. Ayah akan tersenyum dengan bangga...
Sampai ketika jodoh kita telah datang dan meminta izin untuk mengambil kita dari ayah... Ayah sangat berhati-hati mengizinkan nya... Dan akhirnya... Saat ayah melihat kita duduk di atas pelaminan bersama pasangan nya... ayah pun tersenyum bahagia...
Apa kita tahu,bahwa ayah sempat pergi ke belakang dan menangis?
Ayah menangis karena ayah sangat bahagia... Dan dia pun berdoa "Ya Tuhan, tugasku telah selesai dengan baik... Bahagiakan lah putra putri kecilku yang manis bersama pasangannya"...
Setelah itu ayah hanya akan menunggu kedatangan kita bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk... Dengan rambut yang memutih dan badan yang tak lagi kuat untuk menjaga kita..
***
Semasa kecil, ibu lah yang lebih sering mendukung kita... Tapi tahukah kita bahwa sebalik ayah pulang bekerja dengan wajah yang letih ayahlah selalu menanyakan apa yang kita lakukan seharian
Saat kita sakit (demam), ayah sering membentak "sudah diberitahu! jangan minum yang manis/ dingin!". Tapi tahukah kamu bahwa ayah sangat risau.??
Ketika kita remaja, kita meminta izin untuk keluar malam. Ayah dengan tegas berkata "tidak boleh!", "jangan".. Sadarkah kita bahwa ayah hanya ingin menjaga kita? Karena bagi ayah, kita adalah sesuatu yang sangat berharga.
Saat kita sudah di percayai, ayah pun melonggarkan peraturannya. Maka kita telah melanggar kepercayaannya... Maka ayah lah yang setia menunggu kita di ruang tamu dengan rasa sangat risau..
Setelah kita dewasa, ayah telah mengantar kita ke sekolah untuk belajar...
Di saat kita memerlukan ini-itu, untuk keperluan kuliah kita, ayah hanya mengerutkan dahi tanpa menolak, beliau memenuhinya... Saat kamu berjaya... Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan bertepuk tangan untukmu.. Ayah akan tersenyum dengan bangga...
Sampai ketika jodoh kita telah datang dan meminta izin untuk mengambil kita dari ayah... Ayah sangat berhati-hati mengizinkan nya... Dan akhirnya... Saat ayah melihat kita duduk di atas pelaminan bersama pasangan nya... ayah pun tersenyum bahagia...
Apa kita tahu,bahwa ayah sempat pergi ke belakang dan menangis?
Ayah menangis karena ayah sangat bahagia... Dan dia pun berdoa "Ya Tuhan, tugasku telah selesai dengan baik... Bahagiakan lah putra putri kecilku yang manis bersama pasangannya"...
Setelah itu ayah hanya akan menunggu kedatangan kita bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk... Dengan rambut yang memutih dan badan yang tak lagi kuat untuk menjaga kita..
***


